Tejo Mural Bisa Dihapus tapi TUHAN AKU LAPAR Makin Nempel di Orang
VIVA â" Mural yang bermunculan di berbagai daerah dengan konten kritik sosial ke pemerintah jadi perhatian. Mural-mural bertulis âTUHAN AKU LAPARâ dan gambar Presiden Jokowi â404: Not Foundâ dihapus aparat gabungan karena dinilai menyalahi aturan merujuk peraturan daerah atau perda.
Terkait itu, budayawan Sujiwo Tejo menilai mural sebenarnya sudah lama bahkan sebelum ada demokrasi. Bagi dia, mural memiliki pesan dalam kehidupan manusia.
"Karena dianggap perjalanan manusia yaitu intinya jangan cuma fisik. Selama ini orang dari Kemang ke Jakarta Pusat untuk bekerja yaitu perjalanan fisik kalau menurut arsitektur kota. Nah, dengan adanya mural, perjalanan bisa menjadi psikologis karena ada pemandangan, ada hal-hal baru," ujar Tejo dalam Apa Kabar Indonesia Pagi tvOne yang dikutip VIVA, Jumat, 20 Agustus 2021.
Dia menekankan bila ada anggapan mural kriminal maka tergantung isi kontennya. Namun, dalam poin ini, ia tak mau bicara panjang lebar karena lebih baik pakar atau ahli hukum yang menyampaikan pandangan. "Tapi, ini mesti ahli hukum yang ngomong," tutur Tejo.
Photo :Menurutnya, mural menjadi fenomena di tengah pandemi karena sebagian rakyat ingin menyampaikan refleksi sosial. Dengan mural, rakyat mau mengeluarkan keluhannya melalui seni bergambar.
Namun, ia paham kalau refleksi sosial mungkin tak menyenangkan pihak tertentu. Berbeda dengan refleksi fisik yang digemari hampir setiap orang.
"Refleksi fisik itu kan seperti pijat kaki di bandara. Nah itu, tujuannya untuk menghilangkan sumbatan-sumbatan. Mural ini supaya tidak stroke orangnya. Mural ini adalah untuk menghilangkan sumbatan-sumbatan itu. Sehingga masyarakat kita secara sosial tidak stroke," lanjut Tejo.
0 Response to "Tejo Mural Bisa Dihapus tapi TUHAN AKU LAPAR Makin Nempel di Orang"
Post a Comment