Husain Djojonegoro Melenggang Kaya dari Orang Tua ke ABC

Jakarta, CNN Indonesia --

Tak ada yang menyangka. Begitu yang mungkin kita bisa bayangkan dari kehidupan Husain Djojonegoro.

Bagaimana tidak? Di masa muda, pendidikan lelaki kelahiran 1949 silam itu cukup berantakan dan tidak jelas, meski kemudian ia berhasil selesai sampai tingkat Sekolah Menengah Tingkat Atas.

Di tengah masa lalu itu, Husain justru tumbuh menjadi sosok yang sukses. Bahkan, ia masuk dalam jajaran orang terkaya di Indonesia.


Pada 2020 kemarin saja misalnya, Forbes menempatkan Husain Djojonegoro dan keluarganya ke dalam peringkat 23 orang paling kaya di Indonesia dengan total harta mencapai US$1,32 miliar.

Kalau dirupiahkan dengan kurs Rp14.243 per dolar AS, total kekayaan itu mencapai Rp18,8 triliun. Kisah perjalanan sukses itu, ia mulai saat baru berusia 15 tahun.

Namun, sebelum menapaki usaha hingga sukses seperti sekarang ini, Husain memang sebenarnya berasal dari kalangan keluarga pengusaha.

Dikutip dari berbagai sumber, ayah Husain adalah Chandra Djojonegoro alias Chu Sam Yak. Ia merupakan perintis dari perusahaan produsen minuman anggur tradisional Cap Orang Tua.

Merek itu yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya Grup Orang Tua dan ABC.

Di tengah upayanya dalam merintis usaha, Chandra dihadapkan pada kelakuan anaknya. Karena itulah, ia kemudian menggembleng lelaki yang juga punya nama Chu Kok Seng itu untuk bekerja menjadi sales di sebuah pabrik sandal.

Tak hanya itu, ia juga meminta Husain membantu menjual anggur tradisional yang diproduksi perusahaannya. Upaya Chandra tersebut berhasil.

Dalam waktu lima tahun, Chandra meyakini anaknya punya jiwa dagang tinggi. Atas dasar itulah, ia langsung memberikan kepercayaan kepada Husain dengan menunjuknya  menjadi direktur di PT International Chemical Industrial Co. Ltd yang didirikannya pada 1959 lalu.

Perusahaan itu bergerak dalam bidang produksi batu baterai bermerek ABC. Seiring dengan berjalannya waktu, Husain mampu membawa perusahaan tersebut tumbuh membesar.

Pada 1969 misalnya, perusahaan berhasil menambah pabrik kedua di Jakarta dan pada 1982, pabrik ketiga di Surabaya. Secara kolektif, pabrik-pabrik ini memiliki total kapasitas produksi 1,8 miliar per tahun.

Ini terjadi akibat kecemerlangannya. Di tengah persaingan dengan Eveready, National, Siaga dan belum banyaknya perusahaan yang memasang iklan, di awal kepemimpinannya, strategi itu diterapkannya.

Ia gencar mengiklankan baterai ABC. Usahanya membuat kinerja penjualan baterai ABC cemerlang.

Selain strategi iklan, kehidupan masyarakat saat itu yang masih belum banyak yang tersentuh aliran listrik juga membuat kiprah penjualan batu baterai ABC moncer. Meski hanya menimbulkan penerangan ala kadarnya, ABC mampu merajai pasar Indonesia.

Berkat nama ABC yang mudah dikenal masyarakat dan tiga pabrik yang dimiliki, perusahaannya berhasil menguasai 60 persen-70 persen pangsa pasar baterai nasional.

Kecap ABC BACA HALAMAN BERIKUTNYA

0 Response to "Husain Djojonegoro Melenggang Kaya dari Orang Tua ke ABC"

Post a Comment